
Jika kita merasa benci, itu berarti ada sesuatu atau seseorang sedang mengusik rasa tidak aman diri kita. Kita merasa tidak tenang ketika merasa benci, karena adanya berbagai gejolak dalam diri. Benci bukanlah emosi baik yang perlu dipendam, karena seperti memegang bara api suatu saat akan membakar diri sendiri. Orang yang terus memelihara kebencian hidupnya tak pernah aman, pemarah, dan selalu berprasangka buruk.
Apa itu Benci?
Benci sebenarnya adalah emosi gabungan. Awalnya berasal dari prasangka atau penilaian kita terhadap seseorang yang mengarahkan pada ketidaksukaan.
Bagian yang lebih dalam dari masalah ini adalah ketidaksukaan itu sendiri adalah emosi komposit yang merupakan campuran dari bagian dari diri seseorang yang belum bisa dia terima. Seperti mengkhawatirkan semua kekurangannya, takut tersaingi, iri, rendah diri, dan sebagainya.
Dengan bekal informasi ini, sangat mungkin bekerja mereduksi kebencian dari beberapa sudut yang berbeda. Prosesnya adalah, ketika kita merasa benci maka saatnya untuk memulai proses pelepasan. Karena kebencian merupakan emosi komposit, maka kamu bisa fokus pada sub-elemen terlebih dahulu daripada kebencian seluruhnya. Misalnya, kita benci dengan tetangga yang kaya raya, nah kita perlu mencari sub-elemennya dulu, mungkin saja kita merasa takut tersaingi atau sedang tak punya uang. Dengan berfokus pada masing-masing sub-elemen, kamu dapat dengan cepat mengungkap akar kebencian itu.
- Lepaskan penilaian yang mengendalikan perasaan tidak suka
- Fokuskan pekerjaan kita sendiri agar mengurangi keterikatan pada perasaan benci
- Gunakan perspektif berbeda saat mencoba menilai, bercerminlah dan coba melihat diri sendiri
- Luangkan waktu untuk fokus melepaskan kemarahan itu sendiri, misalnya untuk olahraga atau berlatih meditasi mindfulness
Saat kamu bekerja melawan setiap masalah, biarkan kesadaranmu tetap terbuka sehingga kamu dapat belajar lebih banyak tentang sifat perasaan. Ketika proses ini berlangsung, kamu akan mendapatkan lebih banyak informasi yang dapat digunakan lebih lanjut untuk mengungkap sumber kebencian. Ketika masalah masih terus kembali, maka lepaskan sepenuhnya sumber masalahnya. Contohnya, kamu pernah dianiaya oleh seseorang, pilihannya ada dua : membalas atau memaafkan. Jika kita membalas, maka masalah akan semakin membesar dan tidak akan pernah selesai. Jika kita memilih memaafkan, maka timbul rasa tenang yang memadamkan api kebencian. Dengan kesadaran ini, kamu dapat menemukan sub-elemen yang masuk ke dalam perasaan benci dan lebih terarah dalam mengerjakan proses penyembuhan dirimu.
Pahami bahwa kebencian adalah emosi yang kuat, saking kuatnya sampai menyebabkan pertikaian besar dan perpecahan. Kebencian itu ada karena suatu alasan, itu adalah reaksi bawah sadar untuk menyerang apa yang tampaknya merugikan atau melemahkan kita. Benci bukanlah sesuatu yang harus dibiarkan begitu saja, atau kita berharap bisa lenyap dengan sendirinya. Kamu perlu bekerja aktif melepaskan racun ini ketika masuk meracuni jiwamu.
Melepaskan benci
Tidak selalu mudah untuk meninggalkan kebencian, apalagi kasusnya sudah mengakar kuat dan turun-temurun. Namun, karena usia kita semakin bertambah, ada saatnya kita diberi kesempatan untuk berubah. Jangan dibiarkan kita terus memelihara kebencian sampai menular ke keturunan kita kelak.
Saat menghadapi kebencian, periksalah perasaan yang muncul dalam dirimu. Bekerjalah untuk menyembuhkan kekecewaan, rasa sakit, kemarahan, frustrasi, dan prasangka buruk. Jika tidak sanggup melepaskan akar kebencian, maka lepaskan semuanya dengan melanjutkan hidupmu. Kamu tidak akan bisa membantu orang lain yang mengalami masalah serupa, jika kamu sendiri tidak dapat menyelesaikan masalahmu secara positif.
Dengan kata lain, sebisa mungkin lepaskan kebencian atau menghancurkan diri sendiri. Menyimpan emosi ini, hanya menyisakan kehancuran. Benci ibarat minum racun, tapi berharap orang lain yang mati.
Jadi ketika merasakan rasa benci, waspadai dan segera temukan jalan pembebasan. Manusiawi, kita semua akan merasakan emosi ini entah di beberapa titik dalam hidup kita, tetapi menemukan penyelesaiannya merupakan pelajaran berharga agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.