
Kedewasaan emosional biasanya datang secara alami. Tetapi bagi sebagian orang, langkah pertumbuhan ini agaknya terhambat. Berurusan dengan orang dewasa yang belum matang secara emosional bisa sangat sulit dan membikin stres, apalagi sudah menjadi sifat. Jadi, seperti apa ciri-ciri dan perilaku mereka?
Apakah kita mau mengakuinya atau tidak, setiap orang kadang memunculkan sifat kekanakan dari waktu ke waktu – seperti mengerjai seorang teman atau bersikap manja sesekali. Tapi ada perbedaan besar antara sesekali memunculkan ketidakdewasaan dan menjadi tidak dewasa sebagai pribadi. Setiap hari kita semua terus belajar dalam proses pendewasaan, dan selalu ada kesempatan untuk bertumbuh secara emosional, tidak peduli berapa pun usia kita. Dan jika tujuan kita adalah memperbaiki diri sendiri, maka kita perlu mengetahui sifat-sifat yang umumnya merupakan tanda ketidakdewasaan. Dengan cara itu, kamu bisa mencari sifat-sifat ketidakdewasaan di dalam dirimu dan berusaha memperbaikinya. Berikut adalah beberapa contoh perilaku dan sifat-sifat orang dewasa yang belum dewasa yang perlu diketahui.
1. Kurangnya kontrol emosional
Orang dewasa yang belum dewasa akan memiliki kendali atas emosi mereka dan bereaksi berlebihan dengan cara yang sama seperti anak kecil. Pernahkah kamu melihat seorang anak menjerit atau menangis di supermarket karena mereka tidak dituruti minta mainan? Seperti itu contoh ketidakdewasaan.
Namanya anak-anak, tentu saja belum bisa diharapkan menjadi dewasa secara emosional. Mereka membutuhkan waktu dan bimbingan untuk belajar bagaimana memproses dan mengekspresikan perasaan mereka. Tapi, orang dewasa yang belum dewasa tidak pernah mempelajari hal ini, dan dengan demikian dapat mengamuk, bertindak tidak sesuai dengan situasi atau baperan.
Tanda orang dewasa yang belum dewasa ini seringkali berasal dari masa kecil yang dimanjakan atau apapun keinginannya selalu dituruti orangtuanya.
2. Kurangnya kemandirian
Orang yang belum dewasa tidak bisa mandiri seperti yang diharapkan orangtuanya saat mereka kelak sudah dewasa. Ciri-cirinya seperti, malas mencari kerja, masih mengandalkan penghasilan orang tua atau membebankan tugas-tugas rumah tangga umum lainnya seperti memasak, mencuci pakaian, menyetrika, dsb.
Mungkin orang dewasa yang belum dewasa tidak pernah diajarkan keterampilan yang diperlukan untuk mengurus kebutuhan mereka sendiri dan sekarang mereka tumbuh dengan perilaku terbiasa mengandalkan orang lain.
Dalam situasi ini, terus mendukung ketergantungan mereka bukanlah ide yang baik. Orang dewasa yang mengandalkan orang lain tidak akan pernah dapat menghidupi diri sendiri jika mereka tidak mau mempelajari keterampilan hidup yang penting.
3. Menghamburkan uang
Orang dewasa yang belum dewasa paling mudah diidentifikasi dengan ketidakmampuan dalam mengatur keuangan, baik milik mereka sendiri atau milik orang lain. Pribadi kekanakan seringkali melakukan sesuatu yang tidak penting untuk memuaskan hasrat sesaat mereka. Mereka juga termasuk tipe orang obsesif yang selalu merasa tidak aman. Gaya hidup hedonis sudah menjadi kebiasaan mereka.
Sebagian besar orang dewasa mempelajari nilai ini dengan sangat cepat, apalagi jika mereka sudah bekerja dan belajar mengatur keuangan dari peghasilan mereka. Namun, orang dewasa yang belum dewasa tidak pernah belajar untuk menghargai keuangan mereka dan bisa sangat tidak bertanggung jawab dan kesulitan untuk mengontrol impuls, dorongan, atau keinginan untuk memiliki sesuatu yang bahkan tidak mereka butuhkan.
4. Tidak mau mengalah
Salah satu perilaku umum orang yang belum dewasa adalah maunya menang sendiri. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk berempati dengan orang lain. Mungkin karena itu, mereka mungkin berusaha untuk mempertahankan bahwa dirinya yang terbaik meski caranya sangat mengganggu orang lain.
Perilaku ini menggambarkan anak kecil yang belum belajar berempati. Orang dewasa yang belum matang tidak dapat mempertimbangkan apa pun dari sudut pandang orang lain. Mereka hanya mementingkan minat untuk memenuhi keinginan mereka.
Karena alasan ini, orang dewasa yang belum dewasa sering tidak dapat dipercaya dan cenderung berbohong, seperti halnya anak-anak. Ini berarti bahwa mereka tidak dapat menerima tanggung jawab atas tindakan mereka, atau merasakan nilai yang sama dari orang lain.
5. Mudah tersinggung dan gampang mengeluh
Orang dewasa yang belum dewasa biasanya cenderung tidak memiliki filter, mudah terbawa keadaan tanpa dipikir dulu efeknya. Sifat ini sering terlihat di media sosial dan mencerminkan ketidakdewasaan emosional seorang. Jika terjadi kesulitan sekali waktu mereka langsung mengeluh, mengomel di sosial media pribadinya. Mereka juga orang yang mudah tersinggung jika diperingatkan. Memang, mengomel bisa mengeluarkan beban pikiran sekali waktu, namun jika kebanyakan dilakukan, orang di dekatmu pun akan jadi gerah dan malas berteman denganmu.
6. Mencari perhatian
Anak kecil, dan bahkan remaja, sering bertingkah berlebihan demi menarik perhatian orang lain. Perilaku ini terlihat pada orang dewasa yang belum dewasa, sering memaksa orang lain agar dipenuhi permintaannya dengan bersikap lebay.
Tanda dari sifat ini adalah orang dewasa yang senang sekali menciptakan drama yang tidak perlu, seakan-akan dia paling menderita agar orang lain berbelas kasihan. Itu juga bisa menjadi tanda dia belum mengembangkan kedewasaan emosional dari waktu ke waktu.
7. Ketidakmampuan untuk mempertahankan hubungan
Kita semua tahu bahwa hubungan apa pun membutuhkan upaya yang sama untuk mempertahankannya. Orang dewasa yang belum dewasa seringkali menjomblo atau mudah bergonta-ganti pasangan. Mereka juga cenderung memiliki sedikit teman (tapi bukan introvert), karena mereka tidak mampu berkomitmen, menunjukkan empati atau memahami prioritas dan perspektif orang-orang di sekitar mereka. Orang dewasa yang belum matang mungkin memiliki beberapa orang yang dekat dengan mereka atau anggota keluarga yang cenderung terus memperlakukan mereka layaknya seorang anak kecil.
Bagaimana cara menghadapi orang dewasa yang belum dewasa?
Tidak ada cara yang sulit dan juga cepat untuk mengelola perilaku orang yang belum dewasa. Tetapi tindakan terbaik adalah jangan pernah mendukung perilaku buruk mereka. Itu hanya akan memperkuat respons emosional terkondisi mereka dan justru mendukung perilaku ini.